Selasa, Januari 06, 2009

Mengintip Modus Baru Pembajakan Software

Bisnis Indonesia, 22 Desember 2008


Agus Wuryanto geleng-geleng kepala. Mata IT Manager Sheraton Bandung Hotel & Towers ini seolah terbelalak saat melihat tiga cakram aspal asli tapi palsu Microsoft Window Vista di hadapannya. Betapa tidak Bila dilihat sekilas, kemasannyaseperti gambar sampul wadah serta desain ilustrasi berteknologi hologram di atas cakrampersis banget Demikian pula kelengkapkan buku manual dan aksesori lainnya. "Saya yang sudah terbiasa mengurus IT juga hampir kecele, saking miripnya Mungkin kalau saya tidak gabung program Silect dari Microsoft, sangat mungkin malah beli software aspal itu," katanya kepada Bisnis di Bandung, belum lama ini.

Selain sampul dan desain yang mirip, masyarakat juga bisa tertipu atas keberadaan stiker certificate of authenticity COA yang cukup meyakinkan dan rapih di balik wadah cakram Sungguh, canggih nian. Begitulah ulah para pembajak Umpama si kancil dalam hikayat anak kecil, siasat dan ide para pembajak ini seolah tak pernah kehabisan ''Strategi'' yang dilakukannya selalu bisa berkelit dari kejaran hukum yang tengah gencar dilakukan.

Bila pada masa awal peredaran peranti lunak bajakan di negeri ini, yang ditawarkan adalah peranti lunak berbasis kepingan CD writer kualitas rendah dan dijual bebas seperti merek Verbatim, Maxell, CD Pro, dst. Di atas kepingan, cukup ditulis jenis program yang dibajak di atas secarik gambar tempel stiker Harganya? Paling mahal Rp10000! Proses duplikasi program sendiri dilakukan secara manual pada industri skala rumahan. Pola ini mudah dikenali oleh masyarakat awam dan aparat hukum sekaligus Cakram bajaan kualitas rendah ini gampang dideteksi sebagai software palsu, sehingga uberan jerat kepolisian pun bisa mudah dilakukan.

Maka, sambung Kanit I Indag Eksus Mabes Polri Kombes Polisi Rycko Amelza Dahniel, komplotan itu mengubah taktik Mereka tak lagi melakukannya di rumah-rumah tapi selalu berpindah lokasi produksi setiap saat.
Lakukan di hotel
"Mereka melakukannya di hotel atau apartemen dengan membawa prosesor yang bisa menduplikasi ratusan CD hanya dalam 3 menit Ini sulit bagi kepolisian melacaknya karena mereka tidak pernah stay lama". Namun, sepintarpintarnya tupai melompat, akhirnya jatuh pula Kepolisian masih bisa mendeteksi sang kriminal setelah terjalin komunikasi dengan jaringan hotel Terbukti, barang bukti tahun lalu hanya 2,14 juta dari tahun sebelumnya 5,28 juta CD bajakan.

Tapi si ''kancil'' tampak tak mau menyerah Menurut Anti S Suryaman, License Compliance Manager Microsoft Indonesia, modus pemalsuan yang sedang tren adalah membuat peranti lunak aspal. Cara ini memang membuat biaya produksi pembajakan lebih mahal dari sebelumnya, tetapi efek yang dirasakan sangat luar biasa, sehingga manajer teknologi informasi seperti Agus Wuryanto saja hampir tertipu. "Cakram software aspal ini mereka jual US$75 Ini gila, hanya selisih tipis US$5 dari Window Vista Asli Mereka yang membeli akan benarbenar rugi finansial dan moral," katanya di Bandung, belum lama ini.

Modus pembajakan baru ini diketahui marak dilakukan di daerah-daerah yang relatif minim terjangkau informasi produk legal seperti Surabaya dan Bandung, sehingga komplain produk pun nyaring terdengar. Sejak beredar cakram aspal itu dalam setahun terakhir ini, Microsoft Indonesia sudah menerima sekitar 100 komplain terkait peredaran peranti lunak yang ditenggarai berasal dari pabrik di China itu. Raksasa peranti lunak asal Amerika Serikat ini mencatat produsen asal negeri Tirai Bambu itu sangat profesional, karena diketahui berhasil memal sukan hingga 109 jenis software dengan sebaran distribusi ke 23 negara lainnya. "Karenanya, masyarakat diimbau agar membeli peranti lunak Microsoft hanya di mitra resmi kami Pastikan juga meminta piringan cakram back up setiap membeli produk orisinal Microsoft," ungkap Anti.

Selain cara ini, ada pula program Silect tadi yang memungkinkan pelanggan korporasi di pasok cakram asli dari diler Microsoft dengan potongan hingga 40% Persoalannya, berapa banyak pelanggan korporasi dibandingkan dengan pelanggan end user? (Oleh Muhammad Sufyan,Bisnis Indonesia)

Tidak ada komentar: